Coba bayangkan sebuah panganan gorengan, katakanlah pisang goreng atau bakwan goreng, apa saja sih yang terbersit di pikiran Anda.., pertama mungkin harganya yang murah meriah di tempat saya Rp2000 dapat 3, rasanya yang gurih dan enak, disukai oleh semua kalangan, tapi awas jangan konsumsi terlalu berlebihan karena tentunya tidak terlalu baik untuk kesehatan, karena dari mutu dan gizinya saja sudah banyak yang berkurang.
Istilah ‘gorengan’ ini juga tersemat pada saham. Dalam kongkow di kopdar, para trader atau investor saham memunculkan istilah ‘saham gorengan’ merujuk pada saham dengan harga yang murah meriah, biasanya di bawah Rp1000 per lembar. Banyak orang bilang ini sebagai saham ‘receh’ atau ‘penny stock’ kalau di luar negeri. Penny sendiri adalah koin 1 sen di Amerika Serikat, atau 1/100 US$, kalau kurs Rp14 rb, ya kira-kira Rp140 perak lah..., dan sampai di sini sebenarnya menurut saya bisa dikatakan hanya sebagai saham receh, bukan saham gorengan, sampai adanya aksi yang dilakukan oleh oknum ‘bandar’ yang mempermainkan harga saham tersebut.Kapan sebuah saham murah disebut sebagai saham gorengan?
Nah, saham-saham ‘recehan’ yang tidak bermutu ini akhirnya menjadi saham gorengan ketika harganya kemudian dimanipulasi oleh oknum bandar. Secara fundamental, prospek perusahaan tidak bagus, tapi tiba-tiba harga saham tersebut bisa terdongkrak naik secara signifikan. Ini kalau tidak ada... ARTIKEL LENGKAP
Nah, saham-saham ‘recehan’ yang tidak bermutu ini akhirnya menjadi saham gorengan ketika harganya kemudian dimanipulasi oleh oknum bandar. Secara fundamental, prospek perusahaan tidak bagus, tapi tiba-tiba harga saham tersebut bisa terdongkrak naik secara signifikan. Ini kalau tidak ada... ARTIKEL LENGKAP
Post a Comment